<div style='background-color: none transparent;'></div>
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Home » » Askep Keracunan Pada Anak

Askep Keracunan Pada Anak



BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1       Pengertian Keracunan
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat, dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003)

2.2       Etiologi Keracunan pada Anak
               Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah :
1) Obat-obatan :, digitalis, aminofilin Salisilat, asetaminofen
2) Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
3) Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4) Zat kimia pertanian : Insektisida
5) Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
6) Bisa ular atau serangga

2.3       Gejala Keracunan pada Anak
1) Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2) Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3) Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4) Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5) Bingung.
6) Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan.
7) Reaksi lain yang kadang bisa terjadi ; demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa.



2.4       Patofisiologi Keracunan pada Anak
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :
1.      Makanan
2.      Bahan-bahan kimia
3.      Obat-obatan
4.      Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison)
Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada di rumah atau sekitar rumah.

2.5       Macam-macam Keracunan pada Anak
A.    KERACUNAN HIDROKARBON
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api. Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari irritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.
1.    Irritasi pulmonal: batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru.Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
2.    Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai koma,kadang-kadang disertai kejang.
3.    Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.
B.     KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat terjadi karena :
1.      Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya (singkong, jamur dsb.)
2.      Timbul zat beracun dalam makanan tersebut karena proses pengolahan dan penyimpanan
3.      Makanan tercemar oleh zat beracun baik disengaja ( pengawet,zat warna,penyedap ) ataupun tidak disengaja (salmonella, staphylococcus dsb.)


C.     KERACUNAN KETELA POHON
Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine (mengandung HCN). Gejala klinis:
1.    Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan cepat
2.    Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak
3.    Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )
4.    Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis
5.    Mulut berbusa bercampur darah
6.    Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis
D.    KERACUNAN JENGKOL
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli,ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol. Gejala klinik:
1.    Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan terasa sakit
2.    Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol
3.    Dapat terjadi gagal ginjal akut
E.     BOTULISME
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut. Gejala klinik:
1.    Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata
2.    Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik
3.    Dysphagia, dysarthria
4.    Kelumpuhan ( general paralyse )
F.      SALISILAT
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah:
1.    Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media massa.
2.    Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
3.    Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.

2.6       Komplikasi Keracunan pada Anak
1.      Henti nafas
2.      Henti jantung
3.      Korosi esofagus/trachea jika substansi penyebabnya teringesti
4.      Syok, syndrome gawat nafas akut
5.      Edema serebral, konvulsi

2.7       Pemeriksaan Penunjang Keracunan pada Anak
1.      Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine. Tes positif bila urine kemudian berwarna ungu.
2.      Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3.      Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4.      Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.

2.8       Penanganan keracunan pada Anak
1)      Tindakan emergensi
a.       Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
b.      Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.
c.       Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
2)      Identifikasi penyebab keracunan.
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3) Eliminasi racun.
1. Racun yang ditelan
a) Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas (memperpanjang pengosongan) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang faring, atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan: :
- Sirup Ipecac. Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml, 1 – 12 tahun 15 ml > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat diulangi.
- Apomorphine. Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%, dapat menyebabkan muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah:
Ø  Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.
Ø  Keracunan bahan korossif
Ø  Keracunan bahan-2 perangsang CNS (CNS stimulant, seperti strichnin)
Ø  Penderita kejang
Ø  Penderita dengan gangguan kesadaran
b) Kumbah lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan lambung. Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada:
Ø  Keracunan bahan korosif
Ø  Keracunan hidrokarbon
Ø  Kejang
c) Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan, diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan:
Ø Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non steroid, morphine, propoxyphene.
Ø Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine, chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.
Ø Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti – depressants Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan alcohol.
d) Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang berat ( severe diarrhea ), ileus paralitik atau trauma abdomen.
e) Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ). Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : edema otak dan gagal ginjal.
f) Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol dan lithium. Dialysis dilakukan bila :
Ø  Asidosis berat
Ø  Gagal ginjal
Ø  Ada gejala gangguan visus
Ø  Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.
g) Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.
2. Racun yang disuntikkan atau sengatan
a) Immobilisasi
b) Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan
c) Berikan antidotum bila ada
3. Racun pada kulit dan mata
Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram dengan air yang mengalir selama 15 menit. Jangan diberi antidotum.
4. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun. Berikan oksigen. Kalau perlu lakukan pernafasan buatan.
4) Pengobatan Supportif
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Perhatikan nutrisi penderita
3. Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)

2.9  Pencegahan keracunan pada Anak
Upaya-upaya pencegahan keracunan pada anak :
  Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau orang yang bertanggung jawab dalam perawatan anak dan kepada masyarakat
  Produsen bahan-bahan beracun
  Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan anak-anak


 Pathway :


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
 3.1 Pengkajian
  1. Identitas  klien (nama,  umur biasanya sering terjadi pada anak usia prasekolah sampai usia sekolah yaitu pada usia 1 – 4 tahun,  jenis  kelamin,  agama,  suku bangsa / ras,  pendidikan,  nama orang tua  dan  alamat)
  2. Keluhan Utama:  Keluhan utama yaitu bau napas, dan penurunan tingkat kesadaran.
  3. Riwayat penyakit sekarang:  Didapatkan riwayat yang cermat dan terperinci mengenai apa, kapan, dan seberapa banyak zat toksik yang telah masuk ke tubuh dan adanya bukti-bukti racun (wadah, tanaman, muntahan).
D. Riwayat penyakit dahulu: Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami keracunan seperti yang dialami sekarang.
E. Riwayat penyakit keluarga: Apakah keluarga punya riwayat depresi ataupun hal-hal yang bisa jadi pencetus keracunan.
F. ADL (Activity Daily Life)
a. Nutrisi
Anak-anak cenderung mengalami penurunan nafsu makan.
b. Istirahat tidur
Kebutuhan istirahat terganggu karena terganggu akibat tindakan medis.
c. Eliminasi
Penurunan pengeluaran urine
d.Personal Higiene
Kebutuhan personal higiene terganggu karena terganggu akibat tindakan medis.
e. Aktivitas  
Aktivitas akan terganggu karena bedrest
G. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan TTV
1.    SUHU TUBUH (N: 36-370C)
Ø Hipothermia  : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida, clonidin, fenothiazin
Ø Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin, theofilin
2.    TEKANAN DARAH (N: 120-80 mmHg)
Ø Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
Ø Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker
3.    NADI (N: 80-100x/menit)
Ø Bradikardia  : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol
Ø Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain, aspirin, theofilin
Ø Arithmia  : Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida, cyanida, beta-blocker
b. Pemeriksaan Fisik
1.  Kepala
a. Inspeksi : Normosepal, simetris
Palpasi   : Tidak ada lesi/odema
b. Mata       : Ikterus à Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
c. Mulut      : Berbau.
Ø  aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
Ø  Coal gas : Carbon monoksida
Ø  Buah per : Chloralhidrat
Ø  Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
Ø  Alkohol : Ethanol, methanol
Ø  Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak
d. Hidung   : Tidak ada pernafasan cuping hidung
e. Telinga   : Tidak ada lesi/odema
2. Leher
Tidak ada odema/lesi
3. Dada
                   Inspeksi: simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi: Tidak ada krepitasi
a. Paru-paru
·      Inspeksià Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat
·      Palpasi à Dingin
·      Perkusi à Sonor
·      Auskultasi à vesikuler
b. Jantung
Inspeksià Bradikardia  : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol
   Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol,   cokain, aspirin, theofilin
         Palpasi à Dingin
         Perkusi à Dullnes
Auskultasi à Suara I
4. Abdomen
Inspeksià Tak ada lesi
Palpasi à adanya nyeri tekan
Perkusi à Tympani
Auskultasi à Bising usus 13x/menit (N: 5-12x/menit)
- Muntah, diare : Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida, organofosfat
- Nyeri perut
 5. Kulit
Ø  Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
Ø  Berkeringat: Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturate
Ø  Kering : Anticholinergik
Ø  Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida
Ø  Purpura : Aspirin, warfarin, gigitan ular
Ø  Sianosis : Nitrit, nitrat, fenacetin, benzocain
6. Ekstremitas
   Tidak ada kelumpuhan.
7. Genital dan Anus
          Anus         : Tidak ada lesi/odema
          Genetalia  : Tidak ada lesi/odema




 3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan keracunan adalah :
1.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal.
2.      Resiko pola napas tidak efektif  berhubungan dengan efek langsung toksisitas, proses inflamasi.
3.      Ansietas berhubungan dengan proses pengobatan.
4.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelumpuhan.

BAB IV
PENUTUP
 4.1 Kesimpulan
1.      Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat, dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003)
2.      Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah : Obat-obatan, Gas toksin,  zat kimia industri, zat kimia pertanian, makanan, bisa ular atau serangga.
3.      Gejala Keracunan pada AnakRasa terbakar di tenggorokan dan lambung, Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah, Mual, muntah, haus, buang air besar cair, Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur, Bingung, Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan, Reaksi lain yang kadang bisa terjadi ; demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa
4.      Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :Makanan, Bahan-bahan kimia, Obat-obatan, Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison).
5.      Macam-Macam Keracunan Pada Anak: Keracunan Hidrokarbon, Keracunan Makanan, Keracunan Ketela Pohon, Keracunan Jengkol, Botulisme, Salisilat
6.      Komplikasi Keracunan pada Anak: Henti nafas, Henti jantung, Korosi esofagus/trachea jika substansi penyebabnya teringesti, Syok, syndrome gawat nafas akut, Edema serebral, konvulsi.
7.      Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif.
8.      Penanganan keracunan pada AnakTindakan emergensi, Identifikasi penyebab keracunan, Eliminasi racun, Pengobatan Supportif.
9.      Pencegahan keracunan pada Anak: Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau orang yang bertanggung jawab dalam perawatan anak dan kepada masyarakat, Produsen bahan-bahan beracun, Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan anak-anak.
10.  Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan keracunan adalah: Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, Resiko pola napas tidak efektif  berhubungan dengan efek langsung toksisitas, proses inflamasi, Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi, Ansietas berhubungan dengan proses pengobatanIntoleransi aktivitas berhubungan dengan kelumpuhan.
 4.2 Saran
               Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para perawat maupun tenaga kesehatan lainya dapat memberikan penatalaksanaan pada pasien keracunan pada anak dengan baik dan benar sehingga makalah kami bermanfaat.



DAFTAR PUSTAKA
Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika Aesculapius, Jakarta.
Betz, Cecily (2002), Keperawatan Pediatrik Edisi 3, EGC, Jakarta.
Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
Marylin. D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta.
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

    BAGI YANG IGIN DOWNLOAD MAKALAH INI LENGKAP + PATWAY + PPT SILAHKAN KLIK DIBAWAH INI


Semoga dapat bermanfaat salam " Frenshilgo "



Catatan :
Link dibawah ini akan mengantarkan sobat kesitus adl.ly. Jika situs tersebut sudah terbuka, silahkan tunggu 5 detik dan klik tombol SKIP AD yang berada di pojok kanan atas dari Browser sobat  untuk masuk ke Hosting download.

Download I Askep Keracunan Pada Anak

Share this article :

:D :( :) :-o :-q :p ;) :)) =)) :(( :-t b-( :x

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan meninggalkan komentar agar saya bisa feedback ke blog agan. :D

 
Copyright © 2011. Frenshilgo . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger