BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang
menghubungkan aliran darah pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah
sistemik (aorta) dalam masa kehamilan (fetus).Hubungan ini (shunt)
diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa
kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah
bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan
dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui
duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari
arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15
jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2
– 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari
lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot
polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen,
berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun
rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).Setelah
persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi
dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam
waktu 2 minggu.
Patent
Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.( Suriadi, Rita
Yuliani, 2001 : 235)
Patent
Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung
dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih
rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent
Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital
(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca
kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam
waktu 2 bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated),
atau disertai kelainan jantung lain.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai
pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1)
Faktor Prenatal :
a.
Ibu menderita penyakit infeksi :
Rubella.
b.
Ibu alkoholisme.
c.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d.
Ibu menderita penyakit Diabetes
Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e.
Ibu meminum obat-obatan penenang
atau jamu.
f.
Bayi yang lahir prematur (kurang
dari 37 minggu)
2)
Faktor Genetik :
a.
Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan.
b.
Ayah / Ibu menderita penyakit
jantung bawaan.
c.
Kelainan kromosom seperti Sindrom
Down.
d.
Lahir dengan kelainan bawaan yang
lain.
2.3 Patofisiologi
Patent
Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan
lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke
kanan ini meneyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya
semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah
kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif. Dampak
semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner, menyebabkan
terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen dan
hipoksia, dan terjadi kontriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi
hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi
melalui terapi medis atau bedah.Penutupan PDA terutama tergantung pada respon
konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang
mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh kerja prostalglandin, tahanan
pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau
cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat
ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan
pirai kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
Pada bayi
prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan tetap terbuka oleh
prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena memang belum waktunya bayi
lahir. Karena itu duktus arteriosus persisten pada bayi prematur dianggap
sebagai developmental patent ductus arteriosus, bukan struktural patent ductus
arteriosus seperti yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur
dengan penyakit membran hialin (sindrom gawat nafas akibat kekurangan
surfaktan), ductus arteriosus persisten sering bermanifestasi setelah sindrom
gawat nafasnya membaik.
Pada ibu
yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-ketoprostaglandin F1) akan
meningkat yang disertai dengan faktor nekrosis tumor yang dapat meningkatkan
resiko pembukaan duktus arteriosus.
2.4 Pathway
Setelah
lahir
|
Adanya cacat ductus arteriosus terbuka
|
Tekanan jantung kiri meningkat
|
Penurunan curah jantung
|
Resirkulasi darah beroksigenasi tinggi
meningkat menglir ke paru
|
Gangguan pertukaran gas
|
Aliran darah langsung dari aorta ke
arteri pulmoner
|
Kebocoran jantung dr kiri ke kanan
|
Makin besar cacat
|
Tekanan
meningkat
|
Darah berkurang ke tubuh
|
Aliran ke paru meningkat
|
Ventrikel kiri berespon memenuhi
kebutuhan
|
Beban jantung kiri meningkat
|
Dapat terjadi kebocoran (pirau) kanan ke
kiri
|
Gx pertumbuhan dan perkembangan
|
ISPA
|
Ekstremitas dingin, tampak kelelahan,
anak tidak aktif
|
Edema
paru
|
Tekanan vena dan kapiler pulmonal
meningkat
|
Terengah-engah saat menyusui
|
Bila tidak dpt terapi
|
Pelebaran dan hipertensi pada atrium kiri
|
Difusi oksigen menurun dan hipoksia
|
Gx jantung kanan/hipertensi pulmoner
|
Intoleransi
aktivitas
|
Pola nafas tidak efektif
|
Kontriks atriol paru
|
Ketidakseimbangnan nutrisi
|
2.5 Gejala
Manifestasi
klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi
dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan
tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF), diantaranya :
1)
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda
gagal jantung
2)
Machinery mur-mur persisten
(sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengardi tepi sternum kiri atas)
3)
Tekanan nadi besar (water hammer
pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,tekanan nadi yang lebar (lebih dari
25 mmHg)
4)
Takhikardia (denyut apeks lebih dari
170), ujung jari hiperemik
5)
Resiko endokarditis dan obstruksi
pembuluh darah pulmonal.
6)
Infeksi saluran nafas berulang,
mudah lelah.
7)
Apnea
8)
Tachypnea
9)
Nasal faring
10)
Retraksi dada
11)
Hipoksemia
12)
Peningkatan kebutuhan ventilator
(sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita
Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
Jika PDA
memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri
paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
1)
Tidak mau menyusu.
2)
Berat badannya tidak bertambah.
3)
Berkeringat.
4)
kesulitan dalam bernafas
5)
Denyut jantung yang cepat.
6)
Timbulnya gejala tersebut
menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang seringkali terjadi
pada bayi prematur.
2.6 Komplikasi
Sebuah Patent Ductus Arteriosus kecil mungkin tidak
menimbulkan komplikasi. Namun cacat yang lebih besar yang tidak diobati dapat
berakibat buruk, antara lain :
1)
Tekanan darah tinggi di paru-paru
(hipertensi pulmonal). Bila terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung
arteri utama melalui patent ductus arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal. Pulmonary hypertension can cause permanent lung damage. Hipertensi
paru dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.Sebuah ductus arteriosus
paten yang besar dapat menyebabkan Eisenmenger’s syndrome, suatu jenis
ireversibel hipertensi paru.
2)
Gagal jantung. Sebuah Patent Ductus
Arteriosus pada akhirnya dapat menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan
gagal jantung.Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis di mana jantung tidak
dapat memompa secara efektif.
3)
Infeksi jantung (endokarditis).
Orang-orang dengan masalah jantung struktural, seperti patent ductus
arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi endokarditis daripada populasi
umum. Endokarditis infeksi adalah suatu peradangan pada lapisan dalam jantung
yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
4)
Detak jantung tidak teratur
(aritmia). Pembesaran hati karena ductus arteriosus paten meningkatkan resiko
aritmia.Ini biasanya terjadi peningkatan risiko hanya dengan ductus arteriosus
paten yang besar.
5)
Gagal ginjal
6)
Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7)
Hepatomegali (jarang terjadi pada
bayi prematur)
8)
Enterokolitis nekrosis
9)
Gangguan paru yang terjadi bersamaan
(misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)
10)
Perdarahan gastrointestinal (GI),
penurunan jumlah trombosit
11)
Hiperkalemia (penurunan keluaran
urin)
2.7 Diagnosis
Banding
Diagnosis patent ductus arteriosus (PDA) hampir selalu
didasarkan pada evaluasi klinis yang cermat, termasuk pemeriksaan fisik yang
menunjukkan gumaman karakteristik, elektrokardiografi khas (EKG) kelainan,
perubahan radiografi, dan echocardiographic / Doppler.
Diagnosis Banding dari PDA diantaranya :
·
Acute Pericarditis
·
Aortopulmonary Septal Defect
·
Coarctation of the Aorta
·
Coronary Artery Fistula
·
Pediatric Acute Respiratory Distress
Syndrome
·
Pediatric Sinus of Valsalva Aneurysm
·
Pediatric Tachycardia
·
Pediatric Tetralogy of Fallot With
Absent Pulmonary Valve
·
Pulmonic Valvular Stenosis
·
Sickle Cell Anemia
2.8 Pemeriksaan
Penunjang
1)
Analisis
gas darah arteri
a.
Biasanya menunjukkan kejenuhan yang
normal karena paru overcirculation
b.
Ductus arteriosus besar dapat
menyebabkan hypercarbia dan hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit
(atelektasis atau intra-alveolar cairan / pulmonary edema).
c.
Dalam kejadian hipertensi arteri
pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi janin); kanan-ke-kiri intracardiac
shunting darah, aliran darah paru berkurang dengan dihasilkannya hypoxemia,
sianosis, dan mungkin acidemia hadir.
2)
Foto
thorak.
a.
Atrium dan
ventrikael kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler
paru meningkat
3)
Ekhokardiografi.
a.
Rasio
atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi lebih dari 1,0
pada bayi patern(disebabkan oleh peningkatan volume atriu kiri sebagai akibat
dari paru kiri ke kanan)
4)
Pemeriksaan
dengan Dopplerberwarna untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
5)
EKG.
a.
Sesuai
tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel
kiri pada PDA yang lebih besar.
6)
Kateterisasi
jantung.
a.
Untuk
mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan bila ada defek
tambahan lain
7)
Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
a.
Perkembangan
lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume dan tekanan hubungan.
b.
Volume =
tekanan / perlawanan
c.
Volume
suara tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada akhirnya
menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh darah.
d.
Perubahan
ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif vaskular (PVOD),
suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang mungkin tidak dapat
diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif.
2.9 Pencegahan
Pencegahan terhadap
paparan factor resiko sejak bayi dalam kandungan oleh ibu. Pencegahan factor
ini sangan memegang peranan penting untuk mengurangi kelahiran bayi yang
mengidap penyakit jantung bawaan ini. Selain itu intake nutrisi yang adekuat
selama masa kehamilan harus diperhitungkan agar kesehatan ibu hamil terjaga
dengan makana-makanan bergizi, rutin periksa ke dokter dan perbanyak
istirahat.
2.10 Penatalaksanaan
1)
Medikamentosa
a.
Tidak
diperlukan pembatasan aktivitas tanpa adanya hipertensi pulmonal.
b.
Pada bayi
prematur diberikan anti-prostaglandin misalnya indometasin selama 5 hari.
c.
Indometasin
tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi cukup bulan karena terbukanya duktus
bukan disebabkan oleh prostaglandin.
d.
Dipertimbangkan
pemberian profilaksis SBE pada PDA besar.
2)
Invasif
Penutupan PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan. Penggunaan
stainless coil untuk menutup PDA diindikasikan untuk diameter < 2,5 mm
dengan residual shunt rate 5 – 10%. Komplikasi tindakan ini adalah leakage,
emboli coil ke perifer, hemolisis, stenosis LPA, oklusi femoralis
3)
Bedah
a.
Tindakan
bedah adalah ligasi atau divisi PDA melalui torakotomi kiri.
b.
Angka
mortalitas < 1 %
Jika pada saat bayi berusia beberapa minggu terjadi gagal jantung, maka
segera dilakukan pembedahan.Jika gejalanya hanya berupa murmur, maka pembedahan
biasanya dilakukan pada saat anak berusia 1 tahun.Jika tidak ada gejala,
pembedahan ditunda sampai anak berumur 6 bulan – 3 tahun.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi PDA, yang pemilihannya tergantung
kepada berbagai faktor :
a.
PDA kecil
dalam jangka penuh bayi mungkin secara spontan menutup tanpa intervensi. PDA
besar tidak mungkin untuk menutup.
b.
Pasien
dengan CHF membutuhkan terapi medis untuk CHF diikuti dengan prosedur definitif
untuk menutup PDA baik oleh pembedahan atau kateterisasi.
c.
Bedah
perbaikan direkomendasikan untuk pasien dengan PDA kecil sampai besar karena
risiko endokarditis. Komplikasi ligasi bedah sebagian besar terkait dengan
torakotomi lateral kiri. Bedah angka kesakitan dan kematian dapat diabaikan,
dan awal komplikasi pascabedah yang berhubungan dengan komplikasi lain lahir
prematur.
d.
Profilaksis
untuk infeksi endokarditis (subakut bakteri endokarditis [SbE]) harus diikuti
pada saat-saat diperkirakan risiko (bakteremia) sampai pasien dapat mengalami
perbaikan. (Khusus rekomendasi untuk antibiotik profilaksis dapat ditemukan di
setiap arus penyakit infeksi atau antibiotik referensi.)
e.
Transfer
ke pusat perawatan tersier adalah wajib bagi pasien dalam presentasi di jerau
extremis CHF sekali stabil dengan diuretik dan ventilasi tekanan positif,
seperti yang ditunjukkan.
BAB 3
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1)
Identitas
PDA sering ditemukan pada
neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran.
Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari
bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA
juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung
bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
2)
Keluhan
Utama
Pasien dengan PDA biasanya
merasa lelah, sesak napas
3)
Riwayat
penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya
akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, dispnea, tacipnea,
hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia
4)
Riwayat
penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah
pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
5)
Riwayat
penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan
secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga
bisa karena kelainan kromosom
6)
Riwayat
Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak
terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak,
respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.
7)
Activity
Daily Life (ADL)
a.
Nutrisi
Kebutuhan ASI/ cairan/ susu
pada bayi pada hari pertama bayi lagi banyak tidur terjadi penurunan berat
badan
10% BBVL kembali 7 –
10 kg.
b.
Eliminasi
Mekonium
c.
Istirahat
Tidur
Lebih banyak tidur.
d.
Aktifitas
Kurang aktif dalam bergerak.
e.
Personal
Hygiene
Untuk kebersihan diri dalam
batas normal
8)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Kompos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
Nadi (+) Normal : 100-140x/menit
RR (+) Normal : 20-40x/menit
9)
Pemeriksaan
Fisik :
Kepala : Brakhiosefali, simetris, UUB menonjol (-)
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : Cekung (-), Pupil bulat isokor, reflek cahaya +/+,
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-).
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-).
Telinga : Sekret (-).
Mulut : Mukosa mulut, bibir, lidah kering (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran JVP (-).
Thorak
Paru-paru
13)
Inspeksi : Apnea, retraksi dada -/-
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-),
wheezing (-).
Jantung
Inspeksi: Iktus
kordis tidak terlihat
Palpasi:
Ø Iktus cordi di ICS IV-V
Ø Thrill +
Ø Aktivitas RV=LV
Ø Aktivitas LV=RV
Auskultasi:
Ø S1 : tunggal
Ø S2 : tunggal
Ø Bising sistolik : kontinyu + grade IV/6 di
ICS II-III, Thrill +,
gallop -
Abdomen
Ø Inspeksi : Datar
Ø Palpasi : Lemas, hepar
dan lien tidak teraba
Ø Perkusi : Timpani
Ø Auskultasi : Bising usus
normal ( 5-36x/menit )
Lipat paha dan genitalia: -
Ekstremitas: Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-).
1.2 Diagnosa
1)
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
2)
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
3)
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
.
|
1.3 Rencana
Keperawatan
NO
|
DX Kep
|
Tujuan/KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
|
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan malforasi jantung
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kongesti pulmonal
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh
tubuh dan suplai oksigen ke sel
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat dengan
KH :
K: Keluarga mengetahui akibat dari penurunan curah jantung.
A: Keluarga mau menerima semua intervensi perawat.
P: Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya
curah jantung.
P: RR: 26x/menit
S: 36,5-37,5ْ C
N: 80x/menit
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan dapat mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
dengan
KH :
K: Keluarga
mengetahui akibat dari pertukaran gas.
A:
Keluarga mau menerima semua intervensi perawat P: Anak akan menunjukkan
tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
P: RR: 26x/menit
S: 36,5-37,5ْ C
N: 80x/menit
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan dapat mempertahankan tingkat aktivitas yang
adekuat dengan
KH:
K: Keluarga mengetahui akibat dari intoleransi
aktivitas
A: Keluarga mau menerima semua intervensi perawat
P: Anak akan
memper tahankan
tingkat aktivitas yang adekuat
P: RR: 26x/menit
S: 36,5-37,5ْ C
N: 80x/menit
Kekuatan otot :
4 4
4 4
|
A. bservasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan
kulit
B. Tegakkan
derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
C. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi,
tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
D. Kolaborasi
Pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
A) Observasi
kualitas dan kekuatan
denyut
jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
B) Atur
posisi anak dengan posisi fowler dan Hindari anak dari orang yang terinfeksi
C) Berikan
istirahat yang cukup
D) kolaborasi Berikan oksigen jika ada indikasi
Untuk deteksi dini terjadinya gangguan pernapasan
A. Kaji
toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20
per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada,
kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan
B. Kaji
kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas
C. Dorong
memajukan aktivitas
D. Dorong
pasien untuk partisipasi dalam memilih periode
|
A)
Permulaan gangguan pada jantung akan ada perubahan tanda-tanda vital,
semuanya harus cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut
B) Pucat
menunjukkan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidak adekuatan
curah jantung, vasokonstriksi dan anemia.
C) Deteksi dini untuk mengetahui
adanya
gagal jantung kongestif
D) Obat
ini dapat mencegah semakin memburuknya keadaan klien
A) Membantu
klien untuk memenuhi oksigenasinya
B) Agar anak
tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan
C) Menurunkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh
D) Membantu klien
untuk memenuhi oksigenasinya Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
A. Persiapkan
dan dukung klien untuk melakukan aktivitas jika sudah mampu
B. Agar
klien termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh
C. Agar klien
termotivasi untuk melakukan aktivitas shg terpacu untuk sembuh
D. Klien
termotivasi untuk sembuh
|
BAGI YANG INGIN MENDOWNLOAD MAKALAH INI (LEBIH LENGKAP) + PATWAY + PPT SILAHKAN DOWNLOAD DIBAWAH INI
Catatan :
Link di bawah ini akan mengantarkan sobat ke situs adf.ly. Jika situs tersebut sudah terbuka, silahkan tunggu 5 detik dan klik tombol SKIP AD yang berada di pojok kanan atas dari Browser sobat untuk masuk ke Hosting download.
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan meninggalkan komentar agar saya bisa feedback ke blog agan. :D