BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
penyakit Thypoid termasuk
penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan
masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang.
Di negara berkembang angka kematian akibat
demam tifoid berkisar antara 2,3 – 16,8%1. Angka kematian penderita yang
dirawat di rumah sakit di Indonesia mengalami penurunan dari 6% pada tahun 1969
menjadi 3,74% pada tahun 1977 dan sebesar 3,4 % pada tahun 19783,4.
Di Indonesia
penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per
tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi
terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi
yang paling sering pada anak besar,umur 5- 9 tahun.
Data dari
Rumah Sakit Fatmawati (RSF) demam tifoid dan paratifoid termasuk dalam 10 kasus
terbanyak morbiditas penyakit rawat inap. Pada tahun 1999 jumlah pasien terkena
demam tifoid yang dirawat sebesar 414 orang, tahun 2000 sebesar 452 orang dan
350 orang pada tahun 2001.
Penularan
dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi
kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam
terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan
diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak
buang air besar atau diare beberapa hari.
Makin cepat
demam tifoid dapat didiagnosis makin baik. Pengobatan dalam taraf dini akan
sangat menguntungkan mengingat mekanisme kerja daya tahan tubuh masih cukup
baik dan kuman masih terlokalisasi hanya di beberapa tempat saja.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Demam typhoid ?
2. Sebutkan
penyebab Demam
typhoid?
3. Bagaimana patofisiologi Demam typhoid?
4. Bagaimana pathogenesis Demam typhoid ?
5. Apa
tanda dan gejala Demam
typhoid?
6. Bagai mana pemeriksaan Demam typhoid?
7. Apa saja komplikasi Demam typhoid?
8. Bagaimana penatalaksanaan Demam
typhoid?
9. Bagaimana diagnosa banding Demam
typhoid?
10. Bagaimana
pencegahan Demam typhoid ?
11. Bagaimana
asuhan keperawatan penyakit Demam typhoid?
1.3.
Tujuan
1.
Tujuan
umum
Sebagai media
pembelajaran melalui makalah yang bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan
tentang penyakit Demam
typhoid pada
anak sehingga mahasiswa dapat mengerti dan bisa mengamalkannya ketika praktek
di rumah sakit.
2.
Tujuan
khusus
a.
Untuk
mengetahui pengertian Demam typhoid
b.
Untuk
mengetahui penyebab Demam typhoid
c.
Untuk
mengetahui patofisiologi Demam typhoid
d.
Untuk
mengetahui pathogenesis Demam typhoid
e.
Untuk
mengetahui tanda dan gejala Demam typhoid
f.
Untuk
mengetahui pemeriksaan Demam typhoid
g.
Untuk
mengetahui saja komplikasi Demam typhoid
h.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan Demam typhoid
i.
Untuk
mengetahui diagnosa banding Demam typhoid
j.
Untuk
mengetaui pencegahan Demam typhoid
k.
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan penyakit Demam typhoid
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis :
Untuk menambah wawasan pengetahuan serta
dapat melatih untuk pembuatan skripsi.
2. Bagi Pembaca :
Dapat digunakan sebagai referensi dalam
pembuatan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam typhoid
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.
PENGERTIAN
a)
Demam typhoid adalah
penyakit menular yang bersifat akut yang ditandai dengan bakterimia atau
perubahan pada system retikuloendeterlial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi nodus peyer distal ileum. (Sugeng sujianto 2002:1).
b)
Thyfoid
abdominalis (demam typhoid enteric
fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiya 1997:156).
c)
Tifus Abdominalis
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala
demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran
(Kapita slekta anak jilid 2 th 2001:432).
d)
Kesimpulan
Demam thyphoid adalah penyakit
menular yang bersifat akut yang biasanya mengenai pada saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari tujuh hari dan disertai oleh gangguan kesadaran.
2.
PENYEBAB
Basil / kuman
salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa.
Salmonela Typosa
mempunyai 3 macam anti gen yaitu:
a.
Antigen O (Ohne Hauch)
Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida.
b.
Antigen H (Hauch)
Terdapat pada flagela dan bersifat termolabil.
c.
Antigen V1 (Kapsul)
Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O
terhadap fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57)
3.
PATOFISIOLOGI
Kuman salmonella typhosa masuk
kesaluran cerna bersama makanan/minuman menuju ke usus halus mengadakan infasi
kejaringan limfoid usus halus(plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika.
Setelah menyebabkan keradangan dan nekrosis setempat,kuman lewat pembuluh limfe
masuk ke pembuluh darah menuju organ retikulo endotelia terutama hati dan
limpa.ditempat ini kuman difagosit. Dan kuman yang tidak difagosit berkembang
biak,kuman kembali ke pembuluh darah(bakteria sekunder) dan sebagian masuk
kembali ke organ tubuh terutama pada limfa dan kandung empedu menuju ke rongga
usus sehingga menyebabkan reinfeksi diusus halus.Demam tifoid disebabkan karena
kuman salmonella typhi dan endotoksin merangsang pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.Selanjutnya zat pirogen yang beredar
didarah mempengaruhi hipotalamus sehingga menimbulkan gejala demam.Luka/tukak pada
usus menyebabkan perdarahan bahkan perforasi.
4.
PATOGENESIS:
Penularan Salmonella Typhy terjadi melalui mulut oleh makanan yang
tercemar. Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus, mencapai jaringan limpoid dan berkembang biak.
Proses penyakit
di bagi dalam 3 fase :
Salmonela
typhi melalui air dan makanan yang terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai berikut:
1.
Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan
proliferasi bacteri. Fase ini
berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.\
2.
Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan
meningkatnya suhu tubuh. Terjadi reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam
10 hari. Kultur darah dan urine positif
selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal positif
pada akhir fase ini.
3.
Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal
nodus masenterik gall bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi
hipersentifitas antigen antibodi.
5.
TANDA DAN GEJALA
Biasanya yang dialami pada siang hari demam berkurang bahkan terkadang
tidak demam namun panas dialami pada
saat sore dan malam hari. Ini merupakan tanda yang khas demam typhoid.
a.
Minggu I : infeksi akut (demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare)
b.
Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu
makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran).
Lesi pada usus
halus
Kelainan patologic utama terjadi di
usus halus terutama ileum bagian distal tetapi dapat i temukan pada jejunu dan
colon.
Seguelae
Lesi sembuh dengan scaring yang
minimal ulcerasi yang dalam pada usus
halus.
Persisten cronic
infeksi pada gall bladder atau ginjal “carries”.
6.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Jumlah leukosit normal / Leukopenia /
Leukositisis
2.
Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan Fosfatase alkali meningkat
3. Dalam minggu pertama biakan darah Salmonella
typhi positif 75 – 85 %\
4. Biakan darah positif terhadap S. Typhi pada
minggu pertama
5. Biakan Tinja dalam minggu kedua dan ke tiga
6.
Reaksi widal
Aglutinin O
Aglutinin H à Diagnosis
Aglutinin Vi
Makin tinggi
titernya makin besar kemungkinan klien menderita tyfoid. Pada infeksi aktif,
titer reaksi widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang.
Faktor – faktor Yang mempengaruhi
reaksi widal:
·
Keadaan umum
Gizi buruk menghambat pembentukan antibodi
·
Pemeriksaan terlalu awal
Aglutinin
baru di jumpai dalam darah setelah 1 minggu dan mencapai puncaknya minggu ke 6.
·
Penyakit tertentu (leukimia, ca)
·
Obat – obat immunosuppresif atau kortikosteroid
·
Vaksinasi dengan hotipa / tipa
·
Infeksi klinis atau sub klinis oleh sallmonela.
Reaksi widal positif dengan titer rendah.
7. Peningaktan titer uji widal 4x selama 2-3
minggu à
demam typhoid.
8. Reaksi widal dengan titer 0 à
1: 320, reaksi widal dengan titer H à 1: 640
9. Reaksi widal Titer O dan H meningkat sejak
minggu kedua dan tetap posisitf selama beberapa bulan atau tahun
7.
KOMPLIKASI
Dibedakan menjadi 2 bagian :
1. Komplikasi pada usus
a)
Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan penurunan tekanan darah, denyut nadi
cepat dan kecil, kulit pucat, penurunan suhu tubuh, nyeri perut dan peningkatan
leukosit pada waktu singkat.
b)
Perforasi usus
Terjadi pada minggu ke 3 serta lokasinya di illeum terminalis.diagnosis
dengan manifestasi klinis dan pemeriksaan radiologi.
Gejala: nyeri
perut, perut kembung,tekanan darah turun, pekak hati berkurang, peningkatan
leukosit.
2.
Komplikasi diluar usus
a.
Bronkitis dan Bronkopeneumonia
Terjadi akhir minggu pertama
b.
Kolesistitis
Pada anak jarang terjadi, terjadi pada minggu ke 2
c.
Encelopati
Gejala: kesadaran menurun, kejang, muntah, demam tinggi.
d.
Meningitis
Sering terjadi pada neonatus maupun bayi. Gejala: bayi tidak mau menetek,
kejang, sianosis,demam, diare dan kelainan neurologis.
e.
Miokarditis
Terutama pada anak kurang dari 7 tahun. Gejala: takikardi, bunyi jantung
melemah, pembesaran jantung, aritmia.
8.
PENATALAKSANAAN
a)
Perawatan
Px dirawat di RS untuk di isolasi, observasi serta Px harus istirahat
selama 5-7 hari bebas panas, tidak harus tirah baring, mobilisasi dilakukan
sesuai situasi dan kondisi Px.
b)
Diet
Pemberian makanan padat dini
dengan lauk pauk rendah selulosa yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori,
protein, elektrolit, vitamin maupun mineral serta rendah serat.diit ini
memberikan keuntungan meningkatkan Albumin dalam serum dan mengurangi infeksi selama
perawatan.
c)
Obat / terapi
Obat-obatan anti mikroba yang sering digunakan antara lain:
·
Kloramfenikol
·
Tiamfenikol
·
Co Trimoxazale
·
Ampisilin dan Amoksisilin
d)
Hoffman Theraphy
·
Demam thypoid gejala klinis jelas dan kalau
memungkinkan didukung laborat
·
Lp : dbn
·
Elektrolit/metabolisme : dbn/sudah terkoreksi
·
Dosis dexametason
Inisial : 3mg/kg/1-2jam drip dalam 100 cc D5
Maintenance : 1mg/kg/1jam dalam drip 100 cc D5 dan diulang tiap 6 jam
Stop setelah 8x pemberian ( 48 jam ) indiasi harus tepat karena bisa
menyebabkan perdarahan usus/perforasi.
9.
Diagnose Banding
Sesuai dengan perjalanan
penyakit tifoid, permulaan sakit harus dibedakan antara lain:
·
Bronchitis
·
Influenza
·
Bronkopneumonia
Pada stadium selanjutnya
harus dibedakan:
- Demam paratifoid
- Malaria
- TBC milier
- Pielitis
- Meningitis
10.
Pencegahan
Usaha pencegahan dapat
dibagi atas:
1. Usaha terhadap lingkungan hidup:
·
Penyediaan
air minum yang memenuhi syarat
·
Pembuangan
kotoran manusia yang higienis
·
Pemberantasan
lalat
·
Pengawasan
terhadap penjualan makanan
2. Usaha terhadap manusia:
·
Imunisasi
·
Menemukan
dan mengobati karier
·
Pendidikan
kesehatan masyarakat
Imunisasi:
Vaksin yang digunakan
ialah:
·
Vaksin
yang dibuat dari salmonella typhosa yang dimatikan
·
Vaksin
yang dibuat dari strain salmonella yang dilemahkan (Ty2la)
·
Vaksin
polisakarida kapsular Vi (Typhi vi)
Vaksin yang terbuat dari
salmonella yang dimatikan pada pemberian oral ternyata tidak memberikan
perlindungan yang baik. Sedangkan veksin yang terbuat dari salmonella yang
dilemahkan dari Strain Ty2la pada pemberian oral memberikan perlindungan 87-95%
selama 36 bulan, dengan eek samping 0-5% berupa demam atau nyeri kepala. Vaksin
yang terbuat dari kapsul Vi (Typhi Vi) disuntikkan sc atau im 0,5ml dengan
booster 2-3 tahun, dengan efek samping demam 0-1%, sakit kepala 1,5-3%, dan 7%
berupa pembengkakan dan kemerahan pada tempat suntikan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
3.1.1 Identitas
klien
Nama dan umur untuk panggilan dan membedakan klien yang satu dengan yang
lain. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang
terbanyak adalah diatas umur lima tahun (ngastiyah 1997:155). Faktor yang
mendukung terjadinya Thyous abdominalis adalah iklim tropis social ekonomi yang
rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
3.1.2
Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
3.1.3
Riwayat penyakit sekarang
Demam yang baik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
3.1.4
Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
3.1.5
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
3.1.6
Riwayat psiko social dan spritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest
serta terjadi kecemasan
3.1.7 riwayat imunisasi
Tanyakan pada
keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
-
Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
-
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
-
Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio
2
-
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan
Polio 3
-
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan
Polio 4
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi
campak
3.1.8 Riwayat tumbuh kembang
antenatal
: ibu tidak perna sakit selama masa kehamilan dan selalu memeriksakan
kehamilannya rutin yaitu pada trimester 1 dan 2 tiap 1 bulan 1x dan trimester 3
yaitu 2x tiap bulan
Natal :bayi dilahirkan secara spontan dan aterm/
cukup bulan dan dilahirkan di bidan.
postnatal
:setelah kelahiran bayi tidak mengalami gangguan apapun dan terkadang hanya
sakit batuk pilek biaasa.
3.1.9
Activity daily life
1. Nutrisi
Pada klien dengan tyhus abdominalis didapatkan rasa mual, muntah
anoreksia kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Eleminasi
Didapatkan konstipasi dan diare
3. Aktifitas
Badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah
baring sehingga terjadi keterbatasan aktifitas.
4. Istirahat
tidur
Klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya
peningkatan suhu tubuh
5. Persona
hygiene
-
Klien diajurkan bedres sehingga mengalami gangguan
perawatan diri.
-
Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene,
seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan disembarang tempat.
2.PEMERIKSAAN
1.
Pemeriksaan umum
Ø
Kesadaran : Umumnya apatis sampai samnolen
Ø
Suhu : Adanya peningkatan suhu (36.50_37.50)
Ø
Nadi : Denyut nadi lemah dan bersifat dicrotik
akan tetapi jika terjadi resiko komplikasi (perdarahan usus) nadi meningkat
atau cepat dan kecil. (100-120
x/menit)
Ø
Pernafasan : Pernafasan semakin cepat dengan gambaran
bronchitis kataral (15-30
x/menit)
Ø
TD : Terjadi peningkatan TD utamanya pada
stadium dua.
2.
Pemeriksaan fisik
Ø
Kepala :
Ø
Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil,
konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan.
Ø
Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut
tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering
dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah
tremor jarang terjadi.
Ø
Thorak :Jantung
dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah
perangsang ditemukan resiola spot.
Ø
Abdomen :
I : Terdapat meteorismus, , dan terdapat rosiola thyposa
P : adanya nyeri
tekan, adanya pembesaran hepar dan
limpah
P
: distensi abdomen,
A
: bising usus meningkat
.
Ø
Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan
atas.
3.
Pemeriksaan penunjang
1..
DL
2. Widal
Didapatkan anemia ringan, salmonella thyposa dapat
ditemukan dalam darah pemeriksaan widal tidak selalu positif.
.
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi
salmonella typhi.
2.
Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan
kurang, kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
3.
Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah,
anoreksia.
4.
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari – hari (ADL) b/d
kelemahan, immobilisasi.
5.
Ketakutan b/d hospitalisasi, tidak mengenal sumber
ketakutan, krisis lingkungan.
RENCANA TINDAKAN/RASIONAL
DX
1. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella
typhi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x24 jam diharapkan Klien menunjukkan suhu tubuh
dalam batas normal.
Kriteria
hasil:
K : klien mengetahui tentang penyebab
hipertermi
A : klien mau melakukan teknik untuk
mengurangi panas
P : klien mampu melakukan teknik
untuk mengurangi panas
P : anak
tidak rewel
- Suhu tubuh
36,5º – 37,5º C ( bayi ) , suhu tubuh 36º –37,5ºC(anak)
- Frekuensi
pernafasan : Bayi ; 30-60 x/mnt, anak ; 15-30 x/mnt.
- Frekuensi
nadi : Bayi ; 120-140 x/mnt, anak ; 100-120 x/mnt.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
·
Catat intake dan output cairan dlm 24 jam
·
Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan
pasien tentang hypertermia
·
Jelaskan upaya – upaya untuk mengatasi
hypertermia dan bantu klien/keluarga dlm upaya tersebut:
o
Tirah baring dan kurangi aktifitas
o
Banyak minum
o
Beri kompres hangat
o
Pakaian tipis dan menyerap keringat
o
Ganti pakaian, seprei bila basah
o
Lingkungan tenang, sirkulasi cukup.
·
Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh
terasa panas dan keluhan lain.
Kolaborasi:
·
Kolaborasi pengobatan: antipiretik, cairan dan
pemeriksaan kultur darah.
|
·
Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan
keadaan umum pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara
cepat dan tepat.
·
Mengetahui keseimbangan cairan
dalam tubuh pasien untuk membuat perencanaan kebutuhan cairan yang masuk.
·
Mengetahui kebutuhan infomasi
dari pasien dan keluarga mengenai perawatan pasien dengan hypertemia.
·
Upaya – upaya tersebut dapat membantu
menurunkan suhu tubuh pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.
·
Penanganan perawatan dan pengobatan yang tepat
diperlukan untuk megurangi keluhan dan gejala penyakit pasien sehingga
kebutuhan pasien akan kenyamanan terpenuhi
·
Antipiretik dan pemberian cairan menurunkan
suhu tubuh pasien serta pemeriksaan kultur darah membantu penegakan diagnosis
typhoid.
|
DX
2. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan
berlebihan melalui muntah dan diare.
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi secara adekuat dengan
Kriteria
hasil:
K : klien mengetahui tentang penyebab
kekurangan cairan
A : klien bersedia untuk meningkatkan asupan cairan
P : klien
mau minum
P : Tidak
ada manifestasi dehidrasi, input dan output seimbang.
-turgor kulit
baik - pasien mau minum dan makan
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
·
Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan
BB harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
·
Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
·
.
Kolaborasi:
·
Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na albumin.
·
Berikan cairan
seperti glukosa dan Ringer laktat.
|
·
Memberikan informasi tentang kebutuhan
cairan/elektrolit yang hilang.
·
Indikator volume sirkulasi/perfusi.
·
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi
retensi natrium/kadar protein akibat muntah dan diare berlebihan.
·
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
|
DX
3. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan Klien
dapat menunjukkan dan atau mempertahankan BB yang normal.
1) Kriteria
hasil :
K : klien mengetahui pentingnya
tentang asupan nutrisi
A : klien bersedia untuk meningkatkan
asupan nutrisi
P : klien mau makan
P :
-
Adanya minat / selera makan.
-
Porsi makan sesuai kebutuhan.
-
BB dipertahankan sesuai usia.
-
BB dinaikkan sesuai usia.
-
tidak ada mual
dan muntah.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
·
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan
porsi kecil tapi sering dan tawarkan makan pagi dengan porsi paling besar.
·
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
·
Anjurkan makan dlm posisi duduk tegak.
·
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat
dan permen sepanjang hari.
Kolaborasi:
·
Konsul ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk
memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
Awasi glukosa darah.
·
Berikan obat sesuai indikasi: antasida,
antiemetik, vitamin B kompleks.
|
·
Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien
anoreksi, anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan
makanan yang sulit pada sore hari.
·
Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan
nafsu makan.
·
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
·
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat
lebih mudah dicerna/ditoleran bila makanan lain tidak.
·
Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi
kebutuhan klien.
·
Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi pada
klien dengan anoreksi.
Antiemetik diberikan ½ jam sebelum makan dapat menurunkan mual dan
meningkatkan toleransi pada makanan.
Antasida bekerja pada asam gaster dapat menurunkan iritasi/resiko
perdarahan. Vitamin B kompleks memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Demam thyphoid adalah penyakit menular yang bersifat akut yang biasanya
mengenai pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari tujuh hari dan
disertai oleh gangguan kesadaran.
2. penyebab
demam typhoid adalah salmonella thypi yang berhasil diisolasi
pertama kali
3. cara penularannya yaitu dengan cara Kuman salmonella typhosa masuk kesaluran
cerna bersama makanan/minuman menuju ke usus halus mengadakan infasi kejaringan
limfoid usus halus(plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah
menyebabkan keradangan dan nekrosis setempat,kuman lewat pembuluh limfe masuk
ke pembuluh darah menuju organ retikulo endotelia terutama hati dan
limpa.ditempat ini kuman difagosit.
4. tanda dan
gejalanya yaitu
a. Minggu I :
infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare)
b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia
relatif, lidah kotor, nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran).
5. adapun pemeriksaan penunjang dengan
pemeriksaan dara lengkap atau tes widal
6. komplikasi Dibedakan menjadi 2 bagian :
1. Komplikasi pada usus
2.. Komplikasi
diluar usus
7. adapun
penatalaksanaannya Px dirawat di RS untuk di isolasi, observasi
serta Px harus istirahat selama 5-7 hari bebas panas, tidak harus tirah baring,
mobilisasi dilakukan sesuai situasi dan kondisi Px. Pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah selulosa
yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun
mineral serta rendah serat.diit ini memberikan keuntungan meningkatkan Albumin
dalam serum dan mengurangi infeksi selama perawatan.Obat-obatan anti mikroba
yang sering digunakan antara lain: Kloramfenikol, Tiamfenikol, Co Trimoxazale, Ampisilin dan Amoksisilin
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para
perawat maupun tenaga kesehatan lainya dapat memberikan penatalaksanaan pada
pasien typoid fiver
dengan baik dan benar sehingga makalah kami bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.T.H Rampengan,DSAK & Dr. I.R Laurentz,DSAK
(1997). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. EGC. Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud (1997). Buku Standar Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud. Denpasar.
Lynda Juall Carpenito (2000). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada
Praktik Klinis edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Soetjiningsih (2000).Tumbuh
Kembang Anak. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Suriadi & Yuliani Rita
(2001).Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Agung Setia. Jakarta.
BAGI YANG INGIN DOWNLOAD MATERI INI LENGKAP + PATWAY + PPT BISA KLIK DIBAWAH INI
Catatan :
Link di bawah ini akan mengantarkan sobat ke situs adf.ly. Jika situs tersebut sudah terbuka, silahkan tunggu 5 detik dan klik tombol SKIP AD yang berada di pojok kanan atas dari Browser sobat untuk masuk ke Hosting download.
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan meninggalkan komentar agar saya bisa feedback ke blog agan. :D