<div style='background-color: none transparent;'></div>
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Home » » Konsep Penyembuhan Luka

Konsep Penyembuhan Luka

A.  Pengertian Luka
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat Wimdejong, 2005: 72). Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan (Depdikbud, 1999 : 905).
Luka adalah belah (pecah, cidera, lecet) pada kulit karena kena barang yang tajam (Depdikbud, 1999 : 605). Jadi penyembuhan luka adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya kerusakan atau disintegritas jaringan kulit.
B.  Proses Penyembuhan Luka
Biasanya luka sirkumsisi ada sedikit jaringan yang hilang karena luka ini hasil tindakan pemotongan. Kecepatan penyembuhan luka sirkumsisi biasanya 7 – 10 hari, reepitelisasi secara normal sudah sempurna. Pada kenyataan fase – fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien, terpenuhinya kebutuhan nutrisi, perawatan luka dan bantuan ataupun intervensi dari luar yang ditujukan dalam mendukung penyembuhan (Moya JM, 2004: 20).
Menurut Smeltzer (2002:490) proses penyembuhan luka dapat terjadi secara:
1)      Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
2)      Per Sekundam yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi atau terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
3)      Per Titiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setekah tindakan debridemen. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari)
Menurut Smeltzer (2002:490) proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 3 fase utama adalah sebagai berikut :
1)      Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
Fase inflamasi akan segera dimulai setelah terjadinya luka dan akan berlangsung selama 1 sampai 4 hari. Ada dua proses utama yang terjadi selama fase peradangan ini : hemostatis dan phagositosis. Hemostatis (penghentian pendarahan) diakibatkan oleh vasokontriksi dari pembuluh darah yang lebih besar pada area yang terpengaruh, penarikan kembali dari pembuluh-pembuluh darah yang luka, deposisi/endapan dari fibrin (jaringan penghubung), dan pembentukan gumpalan beku darah pada area tersebut. Gumpalan beku darah, terbentuk dari platelet darah (piringan kecil tanpa warna dari protoplasma yang ditemukan pada darah), menetapkan matriks dari fibrin yang akan menjadi kerangka kerja untuk perbaikan sel-sel. Suatu keropong juga terbentuk pada permukaan luka. Yang terdiri dari gumpalan-gumpalan serta jaringan-jaringan yang mati. Keroppeng berguna untuk membantu hemostasis dan mencegah terjadinya kontaminasi pada luka oleh mikroorganisme. Di bawah keropeng, sel-sel epithelial bermigrasi ke dalam luka melalui pinggiran luka.
Fase inflamasi juga melibatkan respon-respon seluler dan vaskuler yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap substansi-substansi asing serta jaringan-jaringan yang mati. Aliran darah ke luka meningkat, membawa serta substansi serta nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Sebagai hasilnya luka akan terlihat memerah dan bengkak. Selama migrasi sel, leukosit (khususnya netrophil) akan masuk ke dalam ruang interstitial. Kemudian akan digantikan makrofag selama 24 jam setelah luka, yang muncul dari monosit darah. Makrofag akan menelan puing-puing selular dan mikroorganisme dengan suatu proses yang dikenal sebagai phagositosis. Makrofag juga mengeluarkan suatu faktor angigenesis (AGF), yang merangsang pembentukan dari pucuk-puck epithelial pada ujung pembuluh darah yang mengalami luka. Jaringan kerja microcirculatory yang dihasilkan akan menopang proses penyembuhan luka. Respon terhadap peradangan ini sangat penting terhadap proses penyembuhan, dan mengukur bahwa penghalangan pada peradangan, seperti pengobatan dengan steroid, dapat menggantikan proses penyembuhan yang mengandung resiko. Selama tahapan ini pula, terbentuk suatu dinding tipis dari sel-sel epithelial di sepanjang luka. 
2)      Fase Proliferasi, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fase proliferatif (tahapan pertumbuhan sel dengan cepat), fase kedua dalam proses penyembuhan, memerlukan waktu 3  hari sampai sekitar 21 hari setelah terjadinya luka. Fibroblast (sel-sel jaringan penghubung), yang mulai bermigrasi ke dalam luka sekitar 24 jam setelah terjadinya luka, mulai mengumpulkan dan menjadikan satu kolagen dan suatu substansi dasar yang disebut proteoglycan sekitar 5 hari setelah terjadinya luka. Kolagen merupakan suatu substansi protein yang berwarna keputih-putihan yang menambah daya rentang pada luka. Saat jumlah kolagen meningkat, maka daya rentang luka juga akan meningkat, oleh karena itu peluang bahwa luka akan semakin terbuka menjadi semakin menurun. Selama waktu tersebut, muncullah apa yang disebut sebagai pungung bukit penyembuhan di bawah garis jahitan luka yang lengkap. Pada luka yang tidak dijahit, kolagen baru seringkali muncul. Pembuluh-pembukuh kapiler tumbuh disepanjang luka, meningkatkan aliran darah, yang juga membawa serta oksigen dan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Fibroblast akan bergerak dari aliran darah ke dalam wilayah luka, mengendapkan fibrin. Saat jaringan pembuluh kapiler berkembang, jaringan menjadi suatu benuk tembus cahaya yang berwarna kemerah-merahan. Jaringan tersebut, disebut sebagai jaringan granulasi, yang mudah pecah dan mudah mengalami pendarahan. Saat sisi kulit dari luka tidak dijahit, wilayah luka tersebut harus ditutup dengan jaringan-jaringan granulasi. Saat jaringan granulasi matang, sel-sel epithelial marginal akan bermigrasi ke dalamnya, pertumbuhan sel yang cepat di sepanjang jaringan penghubung ini dipusatkan untuk menutup wilayah luka. Jika wilayah luka tidak tertutup oleh epithelisasi, wilayah luka tersebut akan ditutup dengan protein plasma yang mengering serta sel-sel yang telah mati. Hal ini disebut eschar. Pada awalnya, luka yang disembuhkan dengan tujuan sekunder merembes ke pengeringan serosanguineous. Kemudian jika tidak ditutup oleh sel-sel epithelial, maka akan ditutup dengan jaringan-jaringan fibrinous yang berwarna abu-abu dan berukuran tebal yang pada akhirnya berubah menjadi jaringan bekas luka yang padat yang tebal.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
3)      Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan tahunan
Biasanya dimulai pada hari ke-21 dan muncul setengah tahun setelah perlukaan. Pembentukan fibroblas dilanjutkan dengan sintesis kolagen. Serabut kolagen yang merupakan serabut penting dalam digabungkan ke dalam struktur yang lebih lengkap.  Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibrin kolagen menyusun ke dalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan asalkan dari jaringan sebelum luka.
C.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
1)      Nutrisi
Nutrisi dan makanan yang memenuhi syarat gizi pada anak post sirkumsisi perlu mendapat perhatian karena dapat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka sirkumsisi.
Kebutuhan nutrisi setelah sirkumsisi akan mengalami peningkatan. Nutrisi yang sangat diperlukan antara lain terutama protein dan kalori untuk membantu proses penyembuhan luka adalah sekitar 1,2-2 g/kg/hari. Diet tinggi protein dan kalori harus tetap dipertahankan selama masa penyembuhan. Pembentukan jaringan akan sangat optimal bila kebutuhan nutrisi terutama protein terpenuhi. Nutrisi lain yang juga sangat diperlukan dalam proses penyembuhan adalah vitamin C dan seng. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen bagi penyembuhan luka yang optimal sedangkan seng akan meningkatkan kekuatan tegangan (gaya yang diperlukan untuk memisahkan tepi-tepi) penyembuhan luka. Oleh karena itu semakin terpenuhi atau tercukupi pola nutrisi maka kecepatan penyembuhan luka akan semakin cepat dan optimal (Moya JM, 2004:20).
2)      Perawatan Luka
Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan (Smelzer, 2002: 493).
3)      Personal Hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman (Smelzer, 2002: 493).
4)      Luas Luka
Luas luka makin kecil maka waktu penyembuhan lebih cepat karena jaringan baru yang diperlukan untuk mengganti yang rusak akan lebih sedikit (Smelzer, 2002: 493).
5)      Usia
Usia seseorang jika semakin tua maka akan semakin menurun kecepatan proses penyembuhan lukanya, karena daya regenerasi jaringan mengalami penurunan. Semakin bertambah usia seseorang, daya regenerasi pada jaringan atau organ akan mengalami penurunan (Wim Dejong, 2005: 83).
6)      Obat
Terapi obat digunakan untuk menangani kesakitan manusia, Pemilian obat yang benar dan rencana terapi yang tepat yaitu untuk memantau dan mengukur hasil terapi, dan dalam pemberian terapi obat harus memperhatikan dosis obat, rute pemberian, dan lain – lain, jangan sampai terjadi kesalahan karena akan menyebabkan kegagalan untuk mengakomodasi perubahan dalam metabolisme obat (Charles JP, 2006: 48).
7)      Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yaitu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas  mungkin berjalan. Mobilisasi dapat membantu anak memperoleh kembali kekuatan dengan cepat dan memudahkan kerja usus besar dan kandung kemih, serta organ tubuh lainnya dapat bekerja seperti semulah (Wim Dejong, 2005: 84).
D.  Bentuk Penyembuhan Luka
Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga (Smelzer, 2002:490).
1)      Penyembuhan Melalui Intensi Pertama (Penyatuan Primer)
Luka dibuat secara aseptic, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan penutupan dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dan sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal. 
2)      Penyembuhan Melalui Intensi Kedua (Granulasi)
Pada luka dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama.
3)      Penyembuhan Melalui Intensi Ketiga (Suture Skunder)
Jika luka dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.










Share this article :

:D :( :) :-o :-q :p ;) :)) =)) :(( :-t b-( :x

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan meninggalkan komentar agar saya bisa feedback ke blog agan. :D

 
Copyright © 2011. Frenshilgo . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger